Tulisanini merupakan sebuah analisis biblikal tentang kesadaran akan Allah melalui penderitaan di dalam kitab Ayub pasal 1 dan 2. Pokok bahasan ini sangat penting untuk dikaji kembali dengan
Abrahamartinya: bapak dari orang banyak (bangsa) Abigail Dari kata Ibrani אֲבִיגָיִל ('Avigayil) yang berarti "ayahku adalah sukacita"atau ada juga yang menterjemahkan "sumber sukacita". Dalam Perjanjian Lama Abigail adalah nama istri Nabal. Setelah Nabal meninggal, dia menjadi istri ketiga Raja Daud.
1HB95. Post Views 15,171 Sepertinya pertanyaan yang tidak serius ya, tapi saya sudah beberapa kali mendengar pertanyaan ini. Termasuk baru-baru saja membacanya di sebuah sosial media. Pertanyaan ini muncul dari Ayub 4210, “… dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu”. Dari ayat itu kemudian muncul pertanyaan, kalau begitu apakah istri Ayub jadi dua ataukah tetap satu. Hal ini tentu saja berhubungan dengan masalah poligami di dalam Alkitab. Sebagaimana kita ketahui, kekristenan dengan dasar Alkitab menegaskan bahwa pernikahan haruslah monogami. Kemudian muncul pertanyaan baru, mengapa tokoh-tokoh Perjanjian Lama umumnya memiliki istri lebih dari satu dan tidak ada hukuman dari Tuhan. Ini pandangan saya, kalaupun “seakan-akan” Allah “membiarkan” poligami di Perjanjian Lama, bagi saya itu adalah pelajaran bagi kita umat Perjanjian Baru bahwa tidak ada pernikahan poligami yang tidak mendatangkan petaka. Kembali kepada masalah istri Ayub. Mari bandingkan keadaan Ayub sebelum pencobaan dari iblis dan setelah mengalami pemulihan. Dalam Ayub 13, “Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina …”. Setelah pemulihan, Ayub 4212, “… ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.” Yup, benar dalam hal ini Ayub menerima dua kali lipat. Tetapi dalam Ayub 12, “Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.” dan Ayub 4213, “Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan”. Tidak, anak Ayub tidak menjadi dua kali lipatnya kan. Saya meminta kita membaca dengan hati-hati 4210, “Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub … dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.” Perhatikan dulu kata “kepunyaannya“, saya mendeskripsikan ini sebagai harta benda. Sayangnya dalam bahasa asli yang diterjemahkan ke King James Version, hanya tertulis, “the LORD gave Job twice as much as he had before”, jadi tidak ada penjelasan tentang kata “kepunyaan” ini dalam bahasa Ibrani. Tetapi, sekarang perhatikan di atasnya pada kata “keadaan” karena kata ini memberikan gambaran yang lebih jelas. Dari kata dalam bahasa Ibrani “sheb-ooth” atau “sheb-eeth” yang berdasarkan kamus Strong didefinisikan sebagai “a former state of prosperity”. Nah jelas kan, “kondisi kemakmuran yang sebelumnya”, jadi saya menyimpulkan yang dikembalikan dua kali lipat itu ya harta bendanya. Nah, kalau istrinya bagaimana? Karena itu tidak tertulis dalam Alkitab, saya lebih suka mengatakan demikian. Ingat bahwa tujuan Alkitab ditulis adalah, “tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” Yohanes 2031. Jadi, kalau ada yang tidak tertulis di dalam Alkitab, maka hal tersebut tidak termaktub dalam tujuan ini. Kalaupun ada hal-hal dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab dan menjadi misterius bagi kita, maka inilah pegangan saya, “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” Ulangan 2929. Biarlah yang tersembunyi itu menjadi bagian Allah, sementara bagian kita adalah melakukan kebenaran Alkitab yang sudah tertulis, dinyatakan, dan disingkapkan dengan sebenar-benarnya. ============== Jika tulisan saya berguna untuk Anda, bolehlah sedikit saweran untuk menyemangati saya berkarya. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike International License.
Lori Official Writer Di Perjanjian Lama, Alkitab mencatat sejumlah nama makhluk-makhluk raksasa langka baik yang hidup di darat maupun yang hidup di air. Di antaranya terdapat dalam kitab Ayub, Mazmur, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Para pakar sejarah dan ahli Alkitab mencatat bahwa kitab Ayub adalah kitab tertua di dunia. Meski begitu kesimpulan ini masih belum final karena masih sulit untuk mengungkapkan fakta sebenarnya kapan kitab Ayub ini ditulis. Jadi anggapan ini menyatakan bahwa kitab Kejadian ini pun dituliskan tidak mendahului dari penulisan kitab Ayub. Full Life Bible mengatakan bahwa Ayub hidup sejaman dengan Abraham. Hal ini didasarkan dari penemuan bahwa Ayub masih hidup 140 tahun setelah penulisan peristiwa-peristiwa dalam kitab ini. Yang berarti usia Ayub mencapai hampir 200 tahun. Sementara Abraham mencapai usia 175 tahun. Sesudah itu, Ayub masih hidup selama 140 tahun lamanya. Dia bahkan masih sempat melihat anak-anak dan cucu-cucunya sampai keturunan yang ke-4. Itu sebabnya, kitab Ayub mencatat lebih banyak tentang hewan-hewan raksasa. Hewan tersebut diantaranya adalah Rahab Salah satu nama binatang langka yang tercatat dalam Alkitab adalah Rahab Ayub 9 13. Menurut ahli kitab Ibrani dan ahli budaya Yahudi yaitu Rav. Ashi dan Ravina II, menyebutkan bahwa Rahab yang dimaksud adalah sejenis monster laut. Phoenix Binatang kedua adalah Phoenix Ayub 29 18. Ini dicatat oleh ahli sejarah bernama Yeshua Ben Sirah dan Rabbi Hoshiah. Mereka mengatakan bahwa Phoenix adalah burung besar berapi. Tanin Dalam Alkitab bahasa Inggris, tanin disebut tanniyn, yang diterjemahkan dalam berbagai arti. Kadang-kadang sebagai monster laut, kadang-kadang sebagai ular. Tapi tanin paling akrab disebut sebagai naga. Tanniyn merupakan semacam reptile laut raksasa. Baca Juga FaktaAlkitab Lokasi Tempat “Allah yang Menaburkan Benih” Saat ini Behemoth Behemoth adalah binatang langka yang paling perkasa dari semua ciptaan Allah di masa Perjanjian Lama Ayub 40 15. Dalam bahasa Ibrani Behemoth disebut dengan Bahimuth. Sementara dalam Bahasa Arab disebut Bahamut. Sementara terjemahan Septuaginta menyebutkan bahwa Behemoth sebagai vehemot dengan kata Therion atau binatang-binatang liar. Namun yang dimaksud adalah suatu binatang sebagaimana terlihat dari fakta bahwa gambaran yang diberikan tentang Behemot bukan gambaran tentang beberapa binatang melainkan hanya satu, yang biasanya dianggap kuda nil atau Hippopotamus amphibius. Malah, dalam beberapa terjemahan Alkitab ungkapan kuda nil dicantumkan dalam teks utama atau dalam catatan kaki untuk menjelaskan makhluk yang Allah maksud. BACA HALAMAN BERIKUTNYA -> Sumber Halaman 12Tampilkan Semua
بِسْـــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم Kisah islamiah kali tentang wanita teladan, akan mengisahkan tentang sosok seorang istri yang kuat iman meskipun godaan Iblis datang bertubi-tubi. Dialah istri Nabi Ayyub Rahmah binti Ifrayin. Kita memang sering mendengar kisah Nabi Ayyub namun sangat jarang diceritakan tentang istrinya, istri yang sangat setia ini, tetap teguh pendirian Siapakah istrinya dan peranan dia dalam mendampingi suami yang tengah sakit parah sehari-harinya. Dia memiliki kesabaran dan kestiaan yang sangat tinggi. Dan dari dua sifatnya itu telah terbukti ampuh dalam menghalau bisikan iblis agar meninggalkan suaminya yang tengah sakit parah. Mari kita tengok sedikit kisahnya. Kisahnya. Salah satu wanita yang diceritakan dalam Al Qur’an, adalah Rahmah binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf dan istri dari Nabi Ayyub Sebagai anak yang terlahir dari keturunan Nabi, Rahmah memiliki pribadi yang mulia. Terlebih lagi ia diperistri oleh Nabi Ayyub Namun meski demikian, iblis tidak terima, tidak menghendaki apabila Rahmah berlaku baik pada suaminya. Waktu itu, Rahmah menjalani hidup seolah dalam kesempurnaan. Ia bergelimang harta kekayaan, anak yang banyak dan memiliki suami yang diangkat oleh Allah SWT sebagai salah satu Nabi-Nya. Itulah yang membuatnya selalu bersyukur dan semakin tekun beribadah. Namun, Allah SWT memiliki rencana lain terhadap Rahmah dan keluarganya. Suatu saat harta kekayaannya habis terbakar sehingga hiduplah Rahmah dalam kemiskinan. Akan tetapi itu tidak membuat keimanan Rahmah goyah, malah ia bisa bersabar dan meyakini bahwa segala sesuatu yang dia miliki, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Ujian dari Allah SWT. Allah SWT terus menguji keimanan Rahmah. Semua anaknya tiba-tiba meninggal dunia dalam waktu yang relatif singkat. Awalnya Rahmah merasa sedih, namun ia dengan cepat bangkit dan meyakini jika anak adalah titipan Allah SWT semata. Ia pun semakin rajin beribadah. Ujian berikutnya datang, suaminya mengalami sakit aneh dan menular. Akibatnya,ia dan suaminya diisolasi dan dikucilkan oleh warga karena takut tertular penyakit. Rahmah pun dengan ikhlas menggendong suaminya dan berjuang mencari nafkah untuk kehidupan mereka. Ia telah menunjukkan diri sebagai wanita yang setia dalam mendampingi suaminya, baik dalm keadaan suka maupun duka. Pada suatu hari ada seorang kakek yang datang ke rumahnya. “Wahai Rahmah, apakah engkau menginginkan suamimu sembuh,” kata kakek itu. “Iya, aku ingin suamiku sembuh dari penyakit anehnya, apakah yang bisa saya lakukan demi kesembuhan suamiku?” tanya Rahmah. “Kalau begitu, suruh suamimu sujud kepadaku, maka suamimu akan sembuh,bahkan kamu akan kaya kembali,” jawab kakek itu. Rahmah sempat bingung dengan pernyataan kakek itu, namun karena imannya kuat, dia tidak mau bersujud, karena kita bersujud hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa saja, pikirnya dalam hati. Setelah ditolak, kemudian Rahmah menceritakan kejadian tersebut kepada suaminya yang sedang terbaring lemah. Mendengar cerita istrinya, Nabi Ayyub terlihat tidak suka, ia menjeaskan bahwa kakek tua itu adalah jelmaan iblis yang hendak mengubah keyakinannya. Dan karena mendengar ketidaksukaan itu, Nabi Ayyub bersumpah untuk memukul Rahmah dengan seratus kali pukulan jika ia sembuh kelak. Nabi Ayyub Sembuh. Karena keteguhan suami istri ini dalam hal keyakinan, akhirnya Allah SWT memberikan kesembuhan kepada Nabi Ayyub Nabi Ayyub sembuh total seperti sedia kala. Suatu hari, ketika Rahmah pulang dari bekerja, ia mendapati orang asing yang tengah shalat di dalam rumahnya. Rahma pun terperanjat kaget sembari menunggu lelaki misterius itu selesai shalat. “Wahai orang asing, siapa dirimu dan apa tujuanmu datang ke rumahku?” tanya Rahmah penuh waspada siapa tahu orang itu adalah jelmaan iblis lagi. Laki-laki itu menoleh dengan senyuman yang manis. “Akulah suamimu,” jawab lelaki itu penuh wibawa. “Tidak mungkin…meskipun kamu mirip suamiku, namun saat ini suamiku tengah sakit keras, mustahil kamu adalah suamimu,” kata Rahmah yang mencoba meneliti orang tersebut. “Demi Allah SWT, wahai istriku, sayalah suamimu, Allah SWT telah memberikan kesembuhan kepadaku,” kata Nabi Ayyub meyakinkan. Akhir yang Bahagia. Setelah meneliti dan yakin kalau orang yang ada di hadapannya itu adalah suaminya, Rahmah pun segera berlari dan memeluk Nabi Ayyub Ia kemudian bersyukur kepada Allah SWT. Dalam keadaan penuh bahagia itu, Nabi Ayyub kemudianteringat akan sumpahnya untuk memukul istrinya sebanyak seratus kali bila sembuh. Setelah mengutarakannya kepada Rahmah, istrinya itu pun tidak merasa keberatan dan siap menerima pikulan dari suaminya. Subhanallah…Rahma memang seorang istri teladan, jarang ada tandingannya. Bersamaan dengan itu, turunlah wahyu Allah SWT kepada Nabi Ayyub agar melakukan sumpahnya dengan penuh rasa sayang dalam memukul. Allah SWT menyuruh Nabi Ayyub memukul isrtinya dengan pelan, dengan menggunakan seikat rumput lembut yang berjumlah seratus. Dengan demikian Nabi Ayyub tetap bisa melaksanakan sumpahnya, serta Rahmah tak merasakan sakit atas sumpah suaminya itu. Subhanallah…Allah menujukkan rasa sayang-Nya kepada Rahmah. Akhir cerita, keluarga Rahmah akhirnya dilimpahkan kembali rejeki dari Allah dengan sangat berlimpah. Dan Rahmah juga ditakdirkan hamil dan memiliki anak yang banyak lagi. Mendapat karunia yang tak terhingga itu, Rahmah bersyukur kepada Allah dengan sangat mendalam. Semoga banyak wanita yang bisa meniru teladan dari Ibu Salamh binti Ifrayin, cucu dari Nabi Yusuf ini. Sumber Kisah Islamiah